Kemudian, buka mata semula.
Renung dan tenung, siapakah di sekeliling kita?
Siapakah yang selalu kita luangkan masa bersama?
Bahan bacaan apakah yang kita selalu baca?
Jika di FB, apa yang selalu lalu lintas di news feed kita?
Jika menonton TV, rancangan apakah yang selalu kita hadap?
.
.
.
Elak diri dari kelompok tidak baik adalah untuk mencegah diri dari ternormalisasi.
Elak untuk cegah dari menjadi serupa.
Rujukan:
Dr Alizi Alias, Organizational Psychologist
Banyak terdedah kpd kekasaran dan kebiadapan, membawa kpd kita sendiri menjadi kasar dan biadap. Sbb itu agaknya kita mendapati semakin banyak kekasaran dan kebiadapan dlm status2 dan komentar2 di media sosial.
Apabila ia semakin merebak, mungkin kita yg melabel org lain sbg biadap dan kurang ajar tapi bahasa kita sendiri terang2an sangat biadap malah lebih biadap drp org yg kita kritik.
Apabila menjadi semakin teruk, kdg2 yg dikatakan biadab dan kurang ajar oleh kita itu kdg2 hanya interpretasi kita semata2, padahal pihak lain itu hanya mengkritik perkara yg kita terlebih sensitif/bias shj.
Kita perlu kurang dedahkan diri dgn kata2/tulisan kasar di media sosial utk mengelakkan kita sendiri menjadi kasar. Latihlah diri menegur secara berhemah, atau diam, atau "hide", "unfriend", "leave", "unfollow", dan "unlike" sumber2 tersebut.
Facebook page "Dr Alizi Alias, Organizational Psychologist" sangat menjaga dari segi gaya bahasa di ruangan komen utk mengelak tersebarnya budaya kekasaran dan kebiadapan di kalangan pembaca2 lain di samping menjaga kesejahteraan psikologi pembaca secara umum.
---
“When it comes to incivility, there’s often a snowballing effect. The more you see rudeness, the more likely you are to perceive it from others and the more likely you are to be rude yourself to others,” he said.
P.S. Sumber: Washington Post - Rujuk ruangan komen untuk artikel penuh.
No comments:
Post a Comment